STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAULAH MUGHAL
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
DAULAH MUGHAL
Dalam
kurun kurang lebih tiga setengah abad, Daulah Mughal dipimpin oleh beberapa
Sultan, di antaranya adalah;
1.
Zahiruddin
Muhammad Babur (1526-1530 M)
Zahiruddin Muhammad Babur menjadi penguasa pertama
sekaligus pendiri Pada masa kepemimpinannnya, seluruh kebijakan dikerahkan
digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Orang-orang Hindu
menggalang kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka
dalam suatu pertempuran.
2.
Humayun(1530-1556M).
Humayun melanjutkan kepemimpinan
ayahnya, Babur.
kurang lebih 26 tahun. Humayun
masih banyak mendapatkan tantangan, di antaranya dari Bahadur Syah, penguasa
Gujarat yang berusaha untuk memisahkan diri dari kekuasaan Afganistan. Humayun melarikan diri ke Persia yang saat itu dipimpin
oleh Tahmasp penguasa Daulah Syafawi.
3.
Jalaluddin
Muhammad Akbar (1556-1605 M).
Karena
usia yang masih sangat belia, Akbar mempercayakan urusan pemeritahan
kepada Bairam Khan. Beberapa ancaman yang dilakukan oleh sisa-sisa
keturunan Sher Khan Shah yang masih menguasai Punjab berhasil
diredam. Ancaman terbesar datang dari Himu yang menguasai Gwalior dan
Agra. Peperangan yang terjadi pada tahun 1556 M tersebut dikenal sebagai
perang Panipat II.
Khan yang sudah memiliki pengaruh kuat di
Mughal. Setelah Dewasa, Akbar mengambil alih wewenang pemerintahan dari
Bairam. Keberhasilan pemerintah
yang lebih bercorak militeristik menjadikan Mughal menjadi sebuah Daulah yang
sangat besar. Kebijakan Akbar mempersatukan berbagai etnis untuk membangun
Daulahnya membuahkan peradaban yang lebih maju di India
4.
Nuruddin
Muhamad Salim/Jahangir (1605-1627 M)
Nuruddin
Muhamad Salim lebih dikenal dengan sebutan Jahangir lahir pada tanggal 31
Agustus 1569, di Fatehpur Sikri dan naik tahta delapan hari setelah
meninggalnya Sultan Akbar. Jahangir berkuasa selama 22 tahun. Pada
masa kepemimpinannya, Jahangir berhasil menundukkan
Bengala , Mewar dan Kangra . Jahangir
meninggal dalam perjalanan dari Kashmir ke Lahore, dekat Sarai
Saadabad di Bhimber pada tahun 1627. Jenazahnya dibawa ke Lahore dan
dimakamkan di Shahdara Bagh
5.
Shah
Jihan (1628-1658 M)
Shah Jihan lahir 5 Januari 1592, merupakan
raja ke-5 Daulah Mughal di India. Nama Shah Jihan dikenang di atas
kemegahan bangunan-bangunan yang didirikan tatkala menjadi raja. Di masa
kekuasaan Shah Jihan, Daulah Mughal mencapai puncak
kejayaannya. Konon, Shah Jihan memelihara banyak ular berbisa. Shah Jehan meninggal dunia 2 Januari 1666 M pada umur 74 tahun, setelah
menderita sakit keras.
6.
Aurangzeb
(1658-1707 M).
Aurangzeb naik tahta dengan menghadapi tugas yang
berat.
Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai
masa pengembalian kedaulatan umat Islam. pada periode ini merupakan masa
konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri
Islam.
Pada masa pemerintahannya, Aurangzeb
berhasil menaklukan sebagian besar India selatan, membuat Mughal mencapai
wilayah terluasnya.
7.
bahadur Shah (1707-1712 M).
Para pengganti Aurangzeb merupakan
penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam
negeri. Para pemimpin sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran
Kerajaan Mughal. Bahadur Shah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun
kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar
memenangkan persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai Sultan Mughal
oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di
antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar,
keponakannya sendiri
8.
Jehandar
(1712-1713 M).
Jehandar
menjadi pemimpin yang paling singkat dalam periodesasi kepemimpinan Mughal.
Nama lengkapnya adalah Murza Mu`izzuddin Muhammad Khan. Pada masa pemerintahan
Syah Alam Daulah Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh
Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya
Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi
dengan jabatan sebagai sultan. Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam,
memberikan konsesi kepada East India Company (EIC) untuk mengembangkan
perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan
syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan
keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India.
9.
Bahadur
Syah (1837-1858 M).
Bahadur
Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah
disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan
pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana
pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam
Mughal di India. Sejak saat itu umat Islam dihadapkan pada perjuangan untuk
mempertahankan eksistensinya di bawah kekuasaan Inggrisdan di tengah mayoritas
umat Hindu India.
0 Response to "STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAULAH MUGHAL"
Posting Komentar